Skip to main content

Penyakit TBC (Tuberkulosis): Apa, Penyebab, Penularan, Pencegahan dan Pengobatannya.

avitaliahealth.com - Batuk merupakan sebuah penyakit yang biasa terjadi pada setiap orang.  Namun bila batuk tidak berkesudahan mungkin saja itu indikasi merupakan batuk yang tidak biasa.

Batuk identik dengan hubungannya dengan pernafasan yang kurang baik, yang tentunya juga terkait dengan bagian organ pernafasan manusia yaitu paru-paru yang mengalami gangguan.

Penyakit batuk yang parah perlu juga dicurigai sebagai salah satu penyakit paru yang ada seperti TBC-Tuberculosis yang memiliki gejala awal dengan reaksi batuk-batuk namun tidak berkesudahan.

Maka seseorang yang mengalaminya, seperti batuk yang tidak berkesudahan, coba perlu di cek ke dokter, jangan-jangan batuk tersebut bukan batuk biasa, bahkan mungkin sebagai batuk TBC.

Karena pada stadium awal penyakit TBC susah dikenali, karena gejalanya seperti batuk biasa. DAn bila mungkin sudah tertular biasanya gejalanya seperti orang flu saja.

Penyakit TBC perlu diwaspadai karena sifatnya yang mudah menular juga untuk penyembuhannya pun memerlukan proses yang panjang yaitu memerlukan waktu 6 bulan atau bahkan lebih untuk memperoleh penyembuhan yang total. Penyembuhannya pun harus minum obat tanpa boleh putus sesuai anjuran dokter.

Penyakit TBC saat ini menjadi salah satu penyakit penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Dan beberapa tahun belakangan ini terus mengalami peningkatan.

Dari seluruh kasus TBC di Dunia, daerah Asia menyumbang setidaknya 33% untuk penyakit TBC ini.

Bahkan di Indonesia menjadi peringkat ke 2 terbanyak kasus yang terjadi setelah Negara India.

Walaupun Penyakit TBC termasuk dalam kategori penyakit yang berbahaya, namun masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bahaya tersebut dan cara pengobatannya yang tepat.



Berikut ini beberapa hal yang wajib anda kenal dan ketahui:

Apa sih Penyakit TBC Itu dan apa penyebabnya?

Penyakit TBC merupakan singkatan dari Tuberkulosis yang merupakan dari bagian penyakit paru-paru dan sering disebut juga 'Flek Paru"

Penyakit TBC disebabkan sebuah bakteri dengan nama Mycobacterium tuberculosis yang menyerang dan merusak jaringan tubuh manusia sehingga menyebabkan kekebalan tubuh menurun.

Infeksi yang disebabkan oleh  Mycobacterium tuberculosis tidak semerta merta langsung dapat terlihat, namun reaksi yang menunjukkan gejala penyakit tersebut dapat terjadi setelah jangka waktu lama, dan membutuhkan priode tertentu.

Lama gejala tersebut muncul tergantung dari sistem kekebalan tubuh kita yang dapat menahannya, bisa saja gejala tersebut terjadi setelah beberapa minggu, bulan, bahkan tahun, sehingga TBC sering menjadi sebuah infeksi laten.

Apa Gejala dari penyakit TBC (Tuberculosis)?

Gejala TBC tidak mudah dikenal jika masih dalam stadium awal, karena menyerupai batuk biasa saja, bahka mungkin tidak dirasakan.

Namun jika penyakit ini sudah berkembang dalam tubuh barulah dapat mulai dapat terlihat seperti:
  • Batuk berlangsung hingga 2 minggu hingga lebih, bahkan dalam kasus tertentu bisa berupa batuk berdarah
  • Sesak nafas, Neyeri dada.
  • Nafsu makan menurun, berat badan menurun
  • berkeringat pada malam hari walaupun udara tidak panas atau tidak kegerahan
  • Nyeri otot.
  • Bahkan hingga demam yang tidak terlalu tinggi, tapi sangat menganggu karena sering hilang timbul dengan sendirinya mungkin bisa berlangsung lama bahkan sampai bisa lebih dari 3 minggu.

Bagaimana Cara penularan TBC?

TBC merupakan sebuah penyakit yang mudah menular. Penularan penyakit TBC yang umum adalah menggunakan media udara.

TBC dapat ditularkan dari cairan yang keluar dari batuk dahak yang timbul atau cairan mulutnya yang terdapat kuman Mycobacterium tuberculosis.

Seseorang yang terkena TBC sering mengalami batuk. Dalam batuk tersebut, biasanya seseorang penderita akan mengeluarkan percikan  cairan dari mulut mereka yang disebut droplet.

Jika cairan tersebut terhirup oleh orang disekitarnya, maka akan secara mudah kuman atau bakteri tersebut menular kepada orang lain.

Selain hal itu juga kondisi lain yang bisa menularkan adalah kegiatan seperti menyanyi, bersin, berbicara bahkan tertawa yang pasti sangat riskan untuk mengeluarkan droplet percikan cairan yang berisi kuman terebut dari mulut penderit kepad orang disekitarnya.

Menurut keterangan dari kemenkes mengenai hal ini, bahwa seseorang dalan satu kali batuk dapat menghasilkan 3.000 percikan air/ droplet.

Dan kuman TBC dapat bertahan dalam udara bebas sekitar 1 sampi 2 jam tergantung kondisi paparan sinar matahari, kelembaban dan ventilasi.

Kuman TBC ini dapat bertahan lebih lama pada kondisi gelap lembab dan dingin dari berhari-hari bahkan hingga berbulan-bulan, suhu normal untuk kuman ini tetap bertahan lama biasanya dengan suhu 30 hingga 37 derajat celsius.

Namun jika kuman tersebut terkena sinar ultraviolet biasanya  akan segera mati setelah beberapa menit.

Melihat kondisi tersebut, penularan TBC ini akan sangat mudah mengenai orang-orang dengan kondisi tubuh yang menurun.

Oleh karena itu, bagi orang yeng memiliki kondisi kekebalan tubuh yang prima, akan juga mengurangi resiko tertularnya penyakit terebut.

Namun, dalam kesempatan tertentu, sistem kekebalan tubuh mansia tidak selamaya berada dalam level yang kuat, namun memiliki sifat yang fluktuatif yang dikarenakan berbagai faktor.

Sehingga seseorang dalam kondisi tertentu gagal dalam melawan bakteri yang menyerang, karena kondisi yang tidak stabil.

Bila bakteri TBC sudah berada dalam tubuh kita, bakteri tersebut bisa saja masih lama bertahan walaupun daya tahan tubuh kita sudah menahannya. Hal inilah yang disebut sbagai TBC laten.

Hingga pada saat kondisi kita menurun, secara tidak sadar bakeri tersebut menggeogoti tubuh kita sampai pada menyerang organ paru yang bisa merusak jaringan paru itu sendiri. Kondisi seperti ini sering disebut sebagai tuberculosis aktif / TBC Aktif.

Siapakah orang orang yang beresiko terkena penyakit TBC?

Seperti dijelaskan di atas, bahwa orang yang rentan terhadap penyakit TBC adalah orang-orang yang memiliki imun yang kurang kuat/ daya tahan tubuh lemah.

Orang dengan kriteria (imun redah yang) beresiko mudah terserang TBC adalah
  • Perokok Aktif
  • Orang dengan penyakit HIV/AIDS
  • Orang yang tiba-tiba terinfeksi dengan bakteri TB dalam 2 tahun terakhir
  • Orang yang menyuntikkan obat-obatan terlarang
  • Orang yang tidak diobati dengan benar untuk riwayat TB
  • Orang yang menderita penyakit lain yang melemahkan sistem kekebalan tubuh seperti Diabetes, Penyakit ginjal stadium akhir,  Kanker, Malnutrisi
  • Pengobatan kanker seperti kemoterapi
  • Konsumsi obat-obatan yang digunakan untuk mengobati penyakit autoimun, seperti psoriasis, penyakit Crohn, dan rheumatoid arthritis.
  • Mungkin saja bisa menyerang Bayi dan anak-anak serta Orang usia lanjut

Pengobatan Penyakit TBC yang tepat

Jika anda merasakan gejala-gejala penyebab penyakit TBC seperti di atas,  minimal gejala batuk yang tidak berkesudahan bahkan sampai 2 minggu, penurunan berat badan yang tidak jelas, serta mengalami keadaan berkeringat dimalam hari walaupun tanpa kondisi gerah,

apa lagi anda pada waktu itu memang banyak berkecimpung atau sering berinteraksi dengan orang dengan penyakit TBC, maka bersegeralah pergi memerikasakan diri ke dokter dan ceritakan keadaan yang anda alami.

Jika sudah periksa ke dokter, dan dicurigai ke arah TBC, biasanya akan dilakukan 4 bagian pemerikaan besar yaitu

➮Pemeriksaan Darah / Cek laboratorium untuk memeriksa bagian-bagian darah yang diperlukan seperti mengetahui keadaan leukosit (sel darah putih) dan laju endap darah yang biasanya meningkat.

➮Pemeriksaan Dahak yang bertujuan untuk menemukan adanya kuman TBC yang dilakukan dalan 3 waktu yaitu SPS (sewaktu-Pagi dan sewaktu)

➮Tes Tuberkulin atau orang sering menyebutnya dengan tes matoux. Hal ini biasanya untuk menetukan apakah pasien sebelumnya pernah terkena TB sebelumnya.

Jika memang sudah pernah terkena Mycobacterium tuberculosis sebelumnya, biasanya akan terlihat sebuah benjolan merah dikulit dalam waktu dua hari yang berarti kulit beraksi terhadap antigen yang disuntikkan ke kulit tersebut.

Test Matoux biasanya akan efektif bagi penderita anak-anak, dan kurang efektif bagi penderita dewasa.

➮Pemeriksaan X-ray (rontgen) thorax, untuk melihat kondisi paru-paru pasien.  Hal tersebut menjadi cara yang praktis untuk mendiagnosis TB dan bisa rutin dilakukan dalam proses penyembuhannya.

Itulah pemeriksaan yang umum dilakukan, namun tidak menutup kemungkinan dokter melalukan pemeriksaan yang lain.

Jika ternyata memang pasien dinyatakan atau terdiagnosis terkena penyakit TBC, yang dilakukan adalah dengan melakukan terapi obat dengan kombinasi antibiotik dengan aturan dan dosis yang telah ditentukan sesuai aturan.

Pengobatan atau konsumsi obat  yang dianjurkan dokter biasanya dikonsumsi dalam jangka waktu 6 sampai 9 bulan.

Obat obat yang biasa diberikan untuk penyakit TBC oleh dokter antara lain berupa Isoniazid, Rifampicin, Pyrazinamide, dan Ethanol, serta obat lain yang sesuai.

Dengan adanya situasi yang mengharuskan mengkonsumsi obat dalam jangka waktu lama. Maka efek samping obat pun bisa saja terjadi, maka haruslah terkontrol secara baik.

Efek-efek samping yang biasa timbul dari obat yang dikonsumsi seperti

  • dapat menurunkan efektifitas alat kontrasepsi yang mengandung hormon yang terdapat pada obat antibiotik seperti rifampicin
  • perusakan saraf yang bisa berefek dari  Isoniazid
  • berpengaruh pada penglihatan yang merupakan dari efek obat ethambutol
  • dan secara umum efek samping timbul dari konsumsi kumpulan obat-obatatan yang diberikan adalah muntah atau mual, menurunan nafsu makan, sakit kuning, perubahan warna urine menjadi lebih gelap, demam, gatal-gatal, dan ruam pada kulit
Walaupun memilikii efek samping yang bisa saja timbul, tetap dianjurkan untuk meminum obat secara rutin dan tidak boleh putus ditangah perjalanan dalam masa pengobatan sesuai anjuran dokter. 

Karena jika terjadi putus dalam proses penyembuhan, kuman hanya ingsan, belum mati total, dan semakin resisten atau kebal terhadap antibiotik yang diberikan  (Multi Drug Resistant Tuberculosis) sehingga pengobatan akan semakin lama.


Jika dirasa pengobatan sudah berakhir biasanya akan dilakukan evaluasi  dalam 5 kriteria yaitu
  • Evaluasi Klinik
  • Evaluasi Bakteriologis
  • Evaluasi Radiologis, dan
  • Evaluasi Efek samping obat
  • Evaluasi keteraturan berobat.
Jika ternyata hasilnya belum sembuh, maka pengobatana akan dilanjutkan kembali dengan anjuran dokter.

Namun, jika hasilnya sudah dinyatakan sembuh, pasian akan tetap dievaluasi kekambuhannya selama minimal jarak waktu 2 tahun.

Nah, untuk mendapatkan proses penyembuhan berjalan sesuai yang diinginkan, apa lagi dalam proses pasien rawat jalan, sebaiknya pasien dapat melakukan hal -hal yang mendukung proses pengobatan di rumah seperti
  • Minum obat sesuai anjuran dokter dan konsumsi sesuai jadwal yang diberikan
  • Lakukan cek ulang sesuai jadwal dan tepat waktu
  • selalu usahakan kebersiahan lingkungaan disekitar anda.
  • Untuk menghindari tertularnya penyakit tersebut kepada anggota keluarga atau orang lain disekitar anda, usahakan saat anda bersin atau batuk gunakanlah masker, sapu tangan, tissiu, atau lipatan siku anda.

Pencegahan Penyakit TBC yang harus dilakukan.

Setelah mengetahui efek dari penyakit ini dan proses penyembuhan yang begitu panjang dengan terapi obat yang tanpa putus, ada baiknya kita sebelum terkena penyakit tersebut dapat mencegahnya sedini mungkin.

Penyakit TBC dapat di cegah mulai dari masa bayi atau anak anak dengan melakukan vaksin BCG yang merupakan salah satu vaksin dasar yang wajib di berikan pada setiap anak.

Vaksin BCG (Bacille Calmette Guerin) merupakan vaksin khusus yang berfungsi mencegah penyakit TBC. Vaksin ini sebaiknya diberikan sebelum umur 3 bulan, optimalnya pada usia 2 bulan.

Selain vaksin diberikan kepada anak sebagai imunisasi dasar, vaksin ini juga bisa dipertimbangkan secara individual bagi para pekerja kesehatan yang rentan atau bergumul dengan pasien-pasien TBC, seperti perawat, analis, ataupun tenaga kesehatan lainnya.

Itulah mengenai hal-hal seputar TBC yang peru diketahui. Semoga anda dapat memperoleh gambaran, sehingga semakin waspada terhadap penyakit tersebut yang mungkin berada di sekitar kita.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
close