Skip to main content

Inilah Perbedaan khas Gejala Difteri, Radang Tenggorokan dan Amandel

Melihat sebuah penyakit yang hampir mirip membuat kita sering merasa was-was. Apalagi salah satu dari penyakit yang mirip tersebut, sedang menjadi salah satu wabah yang bisa menyerang keselamatan jiwa.

Seperti beberapa tahun lalu (2017) Penyakit Difteri yang memiliki kemiripan dengan penyakit Radang Tenggorokan,dan amandel sempat menjadi sebuah penyakit yang diumumkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) menyerang masyarakat Indonesia. 

Penyakit Difteri mempunyai dampak yang sangat berbahaya jika tidak segera ditanggulangi, bahkan bisa menyebabkan  kematian. Dengan Pola penyerangan kebagian anggota tubuh yang sama yaitu disekitar tenggorokan dan amandel, sering sebagian orang menjadi bingung untuk membedakan penyakit tersebut: Apakah itu difteri, radang ternggorokan atau merupakan hanya gejala penyakit amandel saja.


Perbedaan Gejala Difteri Radang Tenggorokan dengan amandel

Penyakit difteri, radang ternggorokan, dan amandel pada umumnya memiliki beberapa gejala yang sama seperti demam tak terlalu tinggi, pilek, sakit kepala, batuk, lelah, dan nyeri menelan serta linu pada sendi-sendi.

Namun dari gejala-gejala tersebut, ada hal hal penting yang membedakannya:

Untuk radang tenggorokan atau faringitis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri streptococcus dan dipengaruhi juga karena virus lain yang terdapat pilek dan influenza. Penyakit ini tidak begitu membahayakan, karena pada umumnya penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya, walaupun dalam kedaan tertentu perlu menggunakan obat untuk meringankannya.

Sementara itu radang mandel (tonsilitis) yang merupakan kondisi dimana amandel mengalami peradangan atau inflamasi memiliki gejala yang khas seperti terjadinya nyeri telinga, perubahan atau kehilangan suara, pembengkakan kelenjar getah bening di leher serta munculnya bintik nanah pada tonsil atau amandel disertai napas yang bau.

Selanjutnya adalah Difteri. Dalam hal ini penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corrynebacterium difteriae memiliki gejala yang khusus yang dapat dilihat  seperti sulit bernapas, demam, lemas, terbentuknya lapisan tipis berwarna abu - abu yang menutupi tenggorokan dan amandel.

Dampak gejala yang sangat jelas pada anak yang terkena difteri adalah terjadinya kondisi anak dengan demam yang tidak begitu tinggi, namun terlihat sangat lemas. Selain itu juga penderita juga tidak mau makan dan mengeluh nyeri menelan, serta terjadi pembesaran kelenjar di leher.

Pencegahan Difteri

Penyakit Difteri memang penyakit yang tidak bisa dianggap remeh, sehingga perlu dilakukan pencegahan. Dalam hal ini, Penyakit difteri merupakan penyakit yang dapat di cegah. Anjuran umum untuk pencegahan tersebut adalah dengan melakukan vaksinasi atau imunisasi difteri (DPT) sesegera mungkin semenjak anak-anak, dengan beberapa tahapan yang harus dilalui biasanya sebanyak 5 kali. Atau jika sudah dewasa, anda bisa melakukan vaksinasi kejaran dengan anjuran dokter agar memperoleh vaksin yang efektif. 


Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
close