Skip to main content

Inilah Cara dan Prinsip yang Membuat Lama Tebus Resep/ Obat di Apotek

Sebuah fenomena yang sering telihat di sebuah instansi kesehatan seperti Apotik atau Instalasi Farmasi Rumah sakit adalah permasalahan menunggu obat atau menebus resep yang lama.

Di sana anda mungkin akan mendapati sebuah antrian pengambilan obat yang cukup ramai, bahkan sampai membutuhkan durasi penyelesaian obat yang begitu panjang, lama dan membosankan.

Bahkan bisa saja terjadi, seorang pasien akan marah-marah atau komplain karena menunggu obat yang diresepkan oleh dokter sampai memerlukan waktu yang cukup lama. Entah hal tersebut karena sebuah ketidak tahuan pasien terhadap sistem pemberian obat, atau apakah sistem dalam instansi kesehatan tersebut yang kurang baik sehingga dalam pemberian obat dapat terjadi begitu lama.

Melihat fenomena tersebut, ada baiknya sebuah instansi kesehatan khususnya sebuah apotik dapat menerapkan prosedur yang benar dan tepat tanpa menimbulkan sebuah durasi penyelesaian obat yang terlalu lama.

Selain menilik dari instansi kesehatan tersebut untuk memperbaharui sistem agar lebih baik dalam respon time pelayanannya, kita juga sebagai pasien atau keluarga pasien  perlu juga mengetahui mengapa dalam pemberian obat, sering memakan waktu yang cukup lama.

Menurut informasi yang ada, pada dasarnya. ada 2 faktor penting yang membuat durasi penyiapan obat menyita waktu yang extra yaitu
  • Prosedur pemberian obat (ada 6 prinsip) yang harus diterapkan dan di cek dengan benar, serta 
  • Jenis dan Cara menjadikan sebuah obat sebagai hasil dari resep lengkap.
Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas kedua faktor penyebab tersebut secara lebih dekat:



Prinsip 6 Benar dalam Pemberian Obat

Dalam memberikan sebuah obat kepada pasien, yang diharapkan adalah bahwa obat tersebut dapat menyembuhkan pasien dari penyakit yang dideritanya sehingga obat pun harus bisa tepat sesuai yang diresepkan dari seorang dokter kepada pasiennya tersebut.

Untuk meyelaraskan hal tersebut, sebuah ketelitian dan kewaspadaan terhadap sebuah kesalahan yang akan mungkin terjadi adalah hal yang wajib dilakukan oleh seorang tenaga Farmasi / Teknis Farmasi baik Apoteker maupun Asisten Apoteker.

Dalam hal ini, mereka sebagai tenaga Teknis Farmasi memiliki sebuah prosedur yang harus dijalankan untuk memperoleh hasil kerja yang terbaik demi keselamatan pasien yang diimplementasikan dalam pemberian obat yang benar dan tepat, sesuai yang diresepkan.

Untuk memperoleh tujuan tersebut, sebuah Prinsip pemberian obat haruslah dipegang erat. Prinsip tersebut, sering disebut sebagai Prinsip 6 Benar

1. Benar Pasian dan Nama Pasien
Prinsip pertama ini wajib dilakukan saat pertamakali menerima sebuah resep, agar tidak terjadi sebuah pemberian obat terhadap orang yang salah.

Hal yang standar dilakukan adalah dengan mengidentifikasi pasien saat pertama menerima resep dengan  memastikan kebenaran Nama, Umur (tanggal lahir), dan Berat badan pasien.

2. Benar Obat
Dalam prinsip yang ke dua ini, pemberian obat harus dapat dipastikan kesesuaiannya dari apa yang ditulis oleh dokter dengan apa yang diberikan kepada pasien. Jangan sampai memberikan obat yang salah.

Dalam hal ini seorang teknis farmasi harus berhati hati, karena  banyak obat ada yang memiliki kemiripan dalam pnyebutan atau penulisan ataupun kemiripan dalam bentuk obat dan kemasannya. Obat-obat yang seperti ini sering disebut sebagai obat dengan klasifikasi LASA (Look a like, and Saound alike).

3. Benar Dosis
Dosis yang ditetapkan pada sebuah obat, akan menentukan sebuah kecepatan reaksi obat tersebut terhadap tubuh pasien. Oleh sebab itu, Dosis obat dipastikan harus benar, berdasarkan anjuran dokter yang dipertimbangkan berdasarkan penyakit yang diderita, yang dikolaborasikan dalam identifikasi pasien sebagai acuan yaitu umur dan berat badan.

4. Benar Cara Pemberian
Dalam sebuah cara pemberian obat biasanya, kita  bisa mendapati aturan seperti obat dimakan sebelum makan, atau sesudah makan, atau bersamaan dengan makan.

Hal tersebut merupakan salah satu cara bagaimana cara obat itu harus dimakan oleh si pasien dengan tujuan untuk mendapatkan sebuah daya serap /absorbsi yang lebih baik pada tubuh pasien.

Sebagai contok obat-obatan untuk lambung, akan sangat baik di makan sebelum makan, karena daya serapnya akan lebih baik bila obat tersebut dikonsumsi bersamaan dengan waktu makan.

Namun untuk kasus tertentu obat lambung bagi seorang penderita hiperglikemi biasanya dianjurkan bisa diberikan bersamaan dengan waktu mkan yang bertujuan untuk pengobatan pasein tersebut.

Pemberian obat yang baik diharapkan tidak menimbulkan sebuah efek samping yang merugikan atau pun jika ada efek samping, hal tersebut dapat di minimalisir sedikit mungkin.

5. Benar Waktu Pemberian
Sebuah aturan pemberian waktu yang tepat, sangat mempengaruhi sebuah efektifitas / daya kerja obat tersebut terhadap tubuh kita. Semua obat memiliki masa atau jangka waktu efektifitas kerja terbaik obat tersebut.

Dalam hal ini mungkin anda pernah mendapati sebuah aturan pemberian obat seperti 2x1, 1x1, 3x1 atau yang lainnya.

Aturan tersebut menandakan bahwa obat yang diberikan memiliki  jangka waktu efektifitas yang berbeda pada setiap obat yang diberikan. 

Dengan adannya jangka waktu tersebut, diharapkan sebuah ketepatan dalam pemberian obat dapat memberikan efektifitas yang kontinyu sampai dengan penyakit yang diderita tersebut sembuh.

Sebagai contoh golongan obat untuk antibiotik harus diminum 2 kali sehari, 1 kapsul. ini berarti pasien harus meminumnya tepat waktu dengan aturan bahwa obat tersebut diminum setiap 12 jam  sekali. Ini berarti efektifitas kerja obatnya bisa sampai 1 x 12 jam. dan Jika diminum tepat waktu, tentunya efektifitas kinerja obat tersebut akan terus belanjut, tanpa harus terputus, sehingga proses penyembuahan dapat cepat terjadi.


6. Tidak Kadaluarsa
Salah satu kriteria obat tersebut masih dalam keadaan baik (kasiat yang masih utuh) adalah obat tersebut tidak melewati masa kadaluarsa.

Obat yang sudah kadaluarsa biasanya akan menciptakan sebuah obat yang tidak memiliki kasiat seperti tujuan pembuatnya, bahkan yang sangat buruk, obat tersebut akan berubah menjadi sebuah racun bagi yang menerimanya.

Sebagai pemberi obat  (AA maupun Apoteker) dan Penerima Obat (pasien) harus bisa saling meneliti atau memberi informasi mengenai status kadaluarsa obat tersebut, sebelum serah terima obat yang diberikan.

berikut Cara sederhana yang dapat kita cermati untuk mengetahui batas kadaluarsa sebuah obat:

➮Obat-obatan jadi berupa Tablet: obat yang tidak digerus atau di racik, kadaluarsa dapat terlihat pada kemasan atau sesuai yang tertera pada label yang telah distandarkan disaat produksi.

➮Obat-obatan jadi berupa syrup: Obat jenis ini dalam kondisi syrup yang telah dibuka segelnya dengan penyimpanan yang baik sesuai standar yang sudah ditentukan, dapat digunakan maximal  sampai batas satu tahun.

➮Obat-obat jadi berupa obat pengganti cairan tubuh seperti larutan renalyte dan sejenisnya, dalam pemakainannya tidak boleh lebih dari 24 jam setelah dibuka dari segelnya.
➮Obat-obat yang dijadikan dengan peracikan terlebih dahulu.
  • Racikan  Kapsul/ pulveres (bungkus) dengan gabungan beberapa beberapa obat, maksimal memiliki batas kadaluarsa maksimal dihitung dari tanggal dilakukannya racikan tersebut
  • Racikan Salep / Krim, memiliki masa kadaluarsa maksimal 1 bulan dari tanggal di racik.
  • Racukan Syrup yang merupakan percampuran dari beberapa syrup lain sebaiknya digunakan tidak boleh melebihi 14 hadi dari syrup tersebut di racik.
Itulah 6 prinsip yang harus dipegang oleh seorang teknis farmasi demi memberikan yang terbaik untuk keselamatan pasien.

Dalam proses ini, sebuah sistem kerjanya menerapkan cek berlapis yaitu double cek maupun triple yang bisa dilakukan oleh beberapa orang untuk 1 resep yang dikerjakan, untuk memastikan bahwa obat yang diberikan sesuai resep dokter yang didapat. Sehingga secara otomatis juga akan menambah durasi atau waktu dalam pengerjaannya.

Jenis dan Cara menjadikan obat sesuai resep dokter

Faktor kedua yang sering menjadi alasan orang harus menunggu lama adalah jenis resep obat yang harus dikerjakan dan cara mengerjakannya.

Untuk istilah ini sering kita dengar dengan sebutan resep racikan dan resep non racikan.

Resep racikan merupakan sebuah resep yang perlu dikerjakan dengan peracikan khusus dari perpaduan beberapa obat kedalam satu kapsul atau satu botol syrup, akan lebih memakan waktu lama dibandingkan dengan resep non racik  (obat-obat jadi).

Selain hal tersebut, dalam penyajiannya resep obat non racikan yang perlu dilakukan hanyalah mengambil item per item obat sesuai dengan nama obat dan dosis yang sudah tertera dalam resep dokter,

sedangkan untuk resep obat racikan akan membutuhkan waktu lebih lama, karena petugas harus lebih teliti mencermati satu persatu nama obat dan dosis  dalam satu resep yang dikerjakan, mungkin standarnya bisa memakan waktu 45 menit hingga sampai satu jam

Untuk satu resep obat yang diracik bisa terdiri dari tiga atau lebih obat yang dicampurkan, dan obat-obattersebut memiliki keterkaitan efek dan funagsinya satu sama lain.

Satu persatu item obat tersebut akan dihitung per dosisnya sesuai dengan jumlah yang di tentukan oleh dokter.

Setelah dilakukan perhitungan yang tepat, selanjutnya akan dilakukan double cek, yang kemudian baru dilakukan pengemasan atau percamputan untuk mendapatkan jumlah yangtepat dalam satu kapsulnya (Dewasa) atau per bungkusnya-Pulveres (Anak).

Adanya jenis sistem obat racikan ini, diharapkan pasien dapat lebih mudah untuk mencerna obat dengan efek dan hasil yang lebih baik dalam satukali telan/ makan.

Akhir Kata________________
Itulah informasi yang mungkin bisa membantu anda, dalam memahami sebuah situasi, dimana anda sesekali atau beberapa kali bahkan sering mendapati dalam menunggu obat di apotek yang memakan waktu lama.

Selain itu juga mungkin sebagai pihak pengelola sebuah apotik atau farmasi, dengan adanya sebuah alur yang sangat panjang, bisa menerapkan atau membuat terbosan / inovasi baru yang memungkinkan sebuah pelayanan yang lebih cepat dan tepat, sehingga pelayanan bisa yang lebih baik dan memuaskan pasien. Seperti peningkatan sumberdaya manusianya serta teknologi dan cara yang dipakai untuk memperlancar semua prosedur yang ada.

Akhir kata, baik kita sebagi tenaga teknis farmasi maupun sebagai pasien harus saling mengerti dan memahami terhadap situasi yang ada. Dan alangkah lebih baiknya, kita harus saling bisa melakukan yang terbaik untuk sesama kita.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
close